Oleh : Momo
Pixar memang selalu punya tempat di hati penggemar film,
khususnya film animasi. Mereka konsisten memberikan konten berkualitas serta
menyuguhkan pengalaman emosional yang sesekali membuat pertahanan air mata pun
bisa jebol , disamping tentu saja selalu dipresentasikan dengan kualitas
animasi yang sangat mumpuni. Namun Pixar tak serta merta berdiri tegap tanpa
celah. Mungkin bisa dikatakan kelemahan Pixar yang paling terlihat adalah tatkala
mereka memproduksi sebuah sekuel dari film animasi milik mereka.
Masalah menjaga konsistensi sebuah film melalui sekuel
memang tidak hanya menimpa Pixar, bahkan setiap Production House yang menggagas konsep sekuel. Namun, tak
sepenuhnya sekuel yang dibuat oleh Pixar dibilang buruk. Toy Story dengan dua sekuelnya tampil begitu solid dan menjadi franchaise animasi terbaik sepanjang
masa (Menurut saya). Monster University
sebenarnya tampil cukup baik namun ekspetasi tinggi berkat apa yang telah dicapai
Monster Inc. sebelumnya serta tidak
konsistennya dari segi kualitas membuat beberapa pihak merasa kecewa. Mungkin
yang bisa benar-benar dikatakan gagal adalah sebuah sekuel dari Cars beserta spin-off nya berjudul Planes
yang (menurut saya lagi) menjadi dua film terburuk yang pernah diproduksi
Pixar. Lantas dengan segala trend yang dimiliki oleh Pixar, apakah mereka masih
berniat membuat sebuah sekuel? Tentu saja iya. Buktinya musim panas ini
penonton dibawa kedasar laut untuk kembali bereuni dengan Nemo, Marlin, dan
Dory dalam sekuel Finding Nemo yang
berjudul Finding Dory.
Pada saat selesai menonton Finding Nemo 13 tahun yang lalu, beberapa orang mungkin tak
membayangkan bahwa akan munculnya sekuel dari kisah petualangan lintas samudera
seekor ikan (Bersama sidekick andalannya)
dalam upaya mencari anaknya. Finding Nemo
disajikan begitu istimewa, dan munculnya sebuah sekuel mungkin akan membuat
beberapa orang bergumam “Sudahlah, jangan pisahkan Marlin-Nemo lagi. Mereka
sudah bahagia”. Sehingga dengan segala apa yang telah disuguhkan Finding Nemo pada 2003 silam rasanya sudahlah
sangat cukup dan tak perlu adanya sekuel. Adapun “pikiran kotor” dari
penggemarnya bila Finding Nemo dibuat
sekuel, nantinya terjebak dengan premis serupa dengan sekuel Taken, atau dalam artian gantian Nemo
yang mencari Marlin. Namun, Pixar tak selugu itu. Beberapa “kegagalan” dalam
menggarap sekuel membuat mereka evaluasi habis-habisan. Dan ketika niat untuk
mengembangkan sekuel dari Finding Nemo,
mereka tak ingin menyuguhkan sebuah kisah yang klise. Hingga akhirnya mereka
menemukan sebuah formula, “Bagaimana bila Dory, si ikan biru pelupa, yang
hilang?”. Seperti tertera jelas dalam judulnya, kini penonton diajak
berpetualang untuk mencari ikan biru pelupa dalam Finding Dory.

Finding Dory
berlatar satu tahun setelah kejadian di Finding
Nemo dimana Marlin (Andrew Brooks), Nemo (Hayden Rolance), dan Dory (Ellen
DeGeneres) telah tinggal bersama. Dory, ikan biru yang mengalami short-term memory loss (Amnesia) mendapati
serpihan-serpihan ingatan masa lalunya tertuju pada sosok kedua orang tuanya.
Tipikal Dory yang cepat tanggap dalam bertindak menuntun Dory menuju Teluk
Morro, California. Tentu saja petualangan Dory kali ini dalam mencari orang
tuanya ditemani Marlin dan Nemo.
Terdengar seperti terjadi repetisi premis dalam Finding Dory, secara dari judul saja
hanya mengganti Nemo dengan Dory. Fokus karakter kini juga berputar pada
petualangan Dory mencari kedua orang tuanya. Seperti yang saya katakan diawal,
Pixar tentu tak selugu itu dengan hanya menggunakan template film awal mentah-mentah. Salah satu inovasinya adalah
arena petualangan kali ini berpindah dari hamparan laut luas nan keras lengkap dengan
biota unik didalamnya pada film Finding
Nemo ke daratan, tepatnya disebuah tempat intitusi kelautan. Di Intitusi
Kelautan inilah petualangan dimulai. Bisa ditebak Marlin-Nemo kehilangan Dory
di tempat berkumpulnya hewan-hewan laut “sakit” dan diobati itu. Plot pun
menjadi Marlin-Nemo mencari Dory, dan Dory fokus mencari orang tuanya.
Tentunya diarena yang baru terdapat juga karakter-karakter
yang baru. Ya, saya sangat antusias dengan bagaimana Pixar selalu membuat
karakter yang mudah sekali untuk dicintai. Begitupun dalam Finding Dory. Sepanjang perjalanan Dory-Marlin-Nemo, penonton akan
disuguhkan cukup banyak karakter yang walaupun memiliki waktu tampil berbeda
tapi semuanya berhasil mencuri perhatian penonton. Mulai dari gurita
bertentakel tujuh (Dory menyebutnya septopus) yang pandai berkamuflase bernama
Hank (Ed O’Neill), Hiu paus penderita rabun jauh bernama Destiny (Kaitlin
Olson), paus beluga bernama Baily (Ty Burrell), hingga duet singa laut penghuni
batu “keramat”, Fluke dan Ruddler (Idris Elba dan Dominic West). Setiap
karakter punya kesempatan untuk tampil kocak dan memancing tawa penonton. Tak
lupa karakter “numpang lewat” macam Becky si burung hitam bermata merah dan
Gerald sang singa laut gila yang walau sebentar namun berhasil sebagai scene-stealer. Kesemua karakter tersebut
sebenarnya bertujuan memberikan warna yang variatif terhadap petualangan Dory
dan tentu saja membawa Finding Dory
ketitik aman dalam urusan komedi berkat mereka semua. Berkat perpaduan karakter
dalam Finding Dory, bisa dikatakan
sekuel dari Finding Nemo ini menjadi
film Pixar yang paling lucu untuk urusan komedi yang pernah saya tonton.

Finding Dory
memang sangat mudah untuk diakui sebagai tontonan yang dengan mudah
membangkitkan gelak tawa, tapi bila melihat track
record Pixar sebagai rumah produksi animasi yang selalu konsisten memberikan
animasi yang emosional, apakah terjadi pada Finding
Dory? Kembali membahas Finding Nemo
yang punya kisah bapak-anak yang memiliki ikatan kuat soal keluarga dan tentu
saja cukup memainkan emosi penontonnya, setidaknya Finding Dory pun diharapkan punya emosi serupa atau bahkan lebih
baik seharusnya. Formula dalam Finding
Dory masih digarap oleh Andrew Stanton yang duduk sebagai sutradara
sekaligus penulis naskah (Bersama Victoria Strouse). Stanton sadar dengan
permainan emosional khas Pixar, bila pada Finding
Nemo dikisahkan pencarian bapak mencari anaknya, bagaimana bila dalam Finding Dory mengisahkan anak yang
memiliki keterbatasan mencari kedua orang tuanya? Dengan modal cerita yang
punya potensi kuat menguras emosi penonton ini, dimulailah eksploitasi terhadap
jalinan Dory dengan potongan-potongan ingatan terhadap kedua orang tuanya yang
memotivasi Dory untuk melakukan pencarian ditengah keterbatasannya.
Stanton menyuguhkan kisah emosional antara Dory dengan orang
tuanya, Charlie (Eugene Levy) dan Jenny (Diane Keaton), melalui adegan-adegan flashback yang menyertai
potongan-potongan momen kebersamaan mereka yang seketika muncul ingatan Dory.
Penonton disuguhkan momen-momen kebersamaan orang tua yang dengan sabar melatih
anaknya yang memiliki keterbatasan sambil memberikan clue demi clue yang
menuntun Dory menemukan orang tuanya. Hingga akhirnya babak pamungkas dari serangkaian
adegan eksploitasi pada Dory di penghujung film pun yang diharapkan sangat
emosional terasa tak seberapa. Bukannya tidak baik, namun tidak seistimewa
adegan pamungkas penuh emosi layaknya film Pixar biasanya. Keasikan dengan
konten yang membawa penonton tertawa atau menghadirkan petualangan seru menjadi
beberapa penyebab adegan klimaks ini pun terkesan biasa saja. Hingga akhirnya
sisi emosi dalam Finding Dory yang
diharapkan mampu mengoyak-ngoyak perasaan penontnon hanya berakhir dieksekusi
dengan manis, namun tak bertahan lama di hati dan ingatan penonton.
Seperti halnya Dory, Stanton pun menerapkan prinsip cepat
tanggap beraksi dalam penceritaan Finding
Dory. Tak perlu berlama-lama, Finding
Dory langsung menyuguhkan adegan demi adegan petualangan Dory dengan pace yang cukup efektif. Jahitan editing
cukup rapi menjaga fokus penonton pada film. Selipan flashback yang emosional serta punchline
komedi yang menghibur memberikan ritme yang
variatif walau tak dipungkiri beberapa momen ditengah film membuat
intensitas Finding Dory mengendur. Adegan
final action menjelang akhir film pun
digarap sangat seru dan menghibur. Ditambah dengan musik latar What a Wonderful World milik Louis
Amstrong pun semakin memperkuat suasana. Adegan ini pun mampu membuat orang
sedewasa apapun mengeluarkan ekspresi girang layaknya anak kecil.

Dari pembahasan diatas, Finding
Dory memiliki penceritaan yang cukup baik sebagai modal film ini disukai
oleh penontonnya. Namun kurang rasanya membahas film animasi tanpa membahas
kualitas animasinya. Sejak perusahaan bernama Pixar muncul, kualitas teknis
animasinya memang selalu terdepan dan terus memberikan inovasi dibanding
produsen animasi lainnya. Begitupun dalam Finding
Dory. Dengan mengambil seluruh elemen terbaik dalam Finding Nemo serta penggunaan teknologi yang jauh lebih canggih,
animasi yang ditampilkan pun memiliki visual yang sangat cantik. Segala
teknologi dan inovasi animasi yang disuguhkan para animator Pixar ini mampu
mewujudkan dunia Finding Dory yang
mengagumkan baik visual darat maupun didalam air. Dengan diperkuat teknik photo-realistic menghasilkan animasi
dengan pencahayaan yang apik dan juga tekstur yang menawan. Sehingga menonton Finding Dory sangat memanjakan mata.
Salah satu animasi dengan visualisasi cantik pada tahun ini, hanya kalah
beberapa langkah dengan Zootopia.
Dalam hal sekuel, Finding
Dory memang tak seperkasa dua sekuel dari Toy Story, namun lebih baik dari Monster University apalagi sekuel dari Cars. Stanton kembali membuktikan kualitasnya sebagai salah satu
animator terbaik milik Pixar sekaligus animator penting di perkembangan animasi
modern dengan apa yang beliau suguhkan dalam Finding Dory. Stanton mampu memadu-padankan setiap elemen dalam
film dengan mempresentasikan sebuah tontonan kaya rasa; menghibur, tegang, dan
emosional. Memang kekecewaan penonton dengan klimaks emosional yang tak begitu
istimewa dan mampu membuat penonton menangis haru di bioskop kerap kali
dijadikan kelemahan dalam Finding Dory,
namun tak semata Finding Dory
berakhir dengan kualitas standar. Finding
Dory sangat juara soal menghibur penonton. Segala elemen usia pasti
terhibur kala menonton Finding Dory.
Hingga akhirnya walau ada yang terasa kurang pun, Finding Dory tetap menjadi salah satu sekuel terbaik yang dimiliki
oleh Pixar. Finding Dory masih bisa
dikatakan animasi yang istimewa dan megah, seistimewa lagu tema remake dari Unforgettable milik Nat King Cole yang dinyanyikan Sia sebagai
pengiring credit title dalam kisah
petualangan tak terlupakan dari ikan pelupa bernama Dory.

Labels: Film, Film Luar, Gudang Film, Review