Oleh : Momo
Apa mini games
yang paling terkenal baik di perangkat PC, smartphone,
atau sejenisnya di tahun 2010-an? Dari beberapa jawaban yang muncul pastilah
terselip Angry Birds didalamnya. Games yang pertama kali dikenalkan pada
tahun 2009 oleh perusahaan asal Finlandia bernama Rovio ini telah meraih sukses
sangat besar dengan raihan 2 milyar unduhan hingga tahun 2014. Permainannya
cukup “simple”, pemain hanya perlu
menerapkan prinsip fisika berupa gravitasi dengan melontarkan beberapa burung
(yang memiliki kekuatan khusus) menggunakan ketapel menuju target mereka,
sekelompok babi hijau. Kepopuleran inilah yang menggoda pihak Rivio untuk
mengadaptasi para burung pemarah ini kedalam format film layar lebar.
Sudah banyak film
yang diadaptasi dari video game,
namun mayoritas berbentuk live action seperti
adaptasi Tomb Rider, Street fighter,
Resident Evil, dan Mortal Kombat.
Setidaknya masih ada yang menggunakan format animasi agar terlihat setia dengan
games-nya. Sebut saja Final Fantasy (2001) dan film yang baru
saja ikut meramaikan segmen film animasi di bioskop, Ratchet & Clank. Angry
Birds tentu saja diadaptasi dengan gaya animasi (Saya tak bisa membayangkan
bila Angry Birds digarap dalam film live action) dimana terdapat beberapa
penyesuaian terutama dari visualnya yang digarap berupa animasi 3D. Project animasi Angry Birds tidak digarap Rovio sendiri, melainkan menggandeng
studio besar sekelas Sony Pictures (Dengan label Columbia Pictures) dimana
pengerjaan animasinya dipegang oleh Studio Sony Pictures Imageworks (SPI). Angry Birds the Movie disutradarai oleh duet sutradara Clay Kaytis dan Fergal
Reilly berdasarkan naskah yang digarap oleh Jon Vitti.
Dikisahkan seorang burung merah pemarah dengan alis tebal
khas Sinchan bernama Red (Diisi suara oleh Jason Sudeikis) yang harus dihukum
dengan mengikuti kelas khusus pengedalian emosi yang ditutori oleh Matilda
(Maya Rudolph). Red yang sejak kecil dijauhi oleh penduduk desa dikarenakan
sifat sinis dan pemarahnya, bertemu dengan teman seper-terapi-an: Chuck si
burung kuning super cepat (Josh Gad), Bomb (Danny McBride)yang mampu meledak
kala emosi (Atau kaget), dan burung merah besar namun pendiam bernama Terence
(Sean Penn). Pulau Burung yang semua burungnya tak bisa terbang ini digambarkan
sangat ramah satu sama lain dan hidup tentram. Hingga sebuah kapal besi berisi
kawanan babi hijau penjelajah yang dipimpin oleh Leonard (Bill Hader) tiba
kepulau tersebut.

Ditengah sambutan penuh hangat yang diberikan penduduk Pulau
Burung kepada para babi hijau, Red menaruh curiga. Namun, kembali lagi Red
dianggap salah karena pandangan negatifnya kepada Leonard dan kembali
membuatnya semakin terkucilkan oleh penduduk desa. Hingga akhirnya kecurigaan
Red terbukti kala kawanan Leonard mencuri telur-telur milik warga Pulau Burung.
Red pun mengajak para penghuni desa untuk melakukan perlawanan dengan menyerang
Pulau Babi Hijau dan merebut kembali telur-telur kesayangan mereka.
Jon Vitti jelas punya tantangan besar kala menggarap
skenario Angry Birds. Mr. Vitti hanya
punya modal kisah simple dan narasi
seadanya dari games-nya. Hal tersebut
ditambah film-film pendek/serial TV dari Angry
Birds sebelumnya memiliki penceritaan yang tak kalah simple dengan dialog yang bebas serta humor yang terkesan slapstick dan receh. Namun Vitti dibantu
dengan John Cohen, Mikael Hed, dan David Maisel mampu mengembangkan kisah para
burung pemarah dengan kerumunan babi hijau dimulai dengan awal mula pertemuan
mereka hingga perseteruan diantara mereka. Para kreator Angry Birds juga setia dengan apa yang terdapat dalam permainannya
seperti karakteristik plus kekuatan khusus dari para burung hingga kontruksi
rumah gampang runtuh milik kerumunan babi. Naskah Vitti serta eksekusi dari
duet Clay-Fergal memang ingin membuat Angry
Birds sebagai sebuah tontonan yang menghibur secara sederhana dan mampu
merangkul segala lapisan usia. Seperti halnya permainannya.
Seperti permainannya, Angry
Birds mengusung plot yang simple
agar mudah dicerna oleh seluruh lapisan penonton. Kisahnya yang merupakan
perjalanan from loser to winner
pastinya akan mudah sekali ditebak alurnya. Meskipun mudah diprediksi, Angry Birds tak serta merta tampil
cemen. Banyak ruang bagi penonton untuk mendapatkan serangkaian humor segar
multi referensi. Tak hanya humor-humor yang secara gamblang dilontarakan oleh
setiap karakternya, namun juga detil-detil yang menggelitik. Sebut saja sebuah
parodi dari film thriller legendaris The Shining karya Stanley Kubrick,
Plesetan dari Daft Punk dan 50 Shades of
Grey, hingga adegan parodi dari salah satu scene stealer di film X-Men :
Days of Future Past yang disajikan dengan sangat kocak. Kembali lagi,
walaupun tak ada hal baru dari segi cerita, apalagi bila mengharapkan kedalaman
kisah yang kompleks ala film animasi Pixar, Angry
Birds tetap tampil menghibur. Jangan terlalu serius untuk dapat menikmati Angry Birds, gunakan cara yang sama kala
kalian menikmati film Minions tempo
hari.

Dalam versi layar lebarnya, Angry Birds punya pengembangan dari bentuk visualnya yang kini
dalam format 3D. Karakter tetap dibuat lebih menggemaskan dengan tanpa
kehilangan karakteristik utamanya yang telah dibangun melalui games serta video-video pendek
sebelumnya. Meski dari segi kualitas animasinya tak sehalus atau semegah
animasi blockbuster keluaran Pixar
maupun Dreamworks, Angry Birds tampil
dengan warna yang cerah dan memikat mata. Angry
Birds mampu menyajikan tampilan Pulau Burung dan Pulau Babi dengan sangat
baik dan penuh imajinasi. Yang menarik adalah kehidupan Pulau Burung yang ‘manusia
sekali’ namun ada beberapa bagian yang tetap mempertahankan sifat alamiah dari
seekor burung seperti memuntahkan makan siang ke kantong makan anak-anak
mereka.
Angry Birds adalah
paket tontonan segala umur yang menyajikan visual yang penuh warna, humor yang
segar dan masuk kesegala lapisan umur, serta tentu saja cerita yang cenderung ringan
sehingga mudah dicerna. Hal lain yang tak kalah menarik perhatian dari Angry Birds adalah deretan soundtrack yang tampil begitu hidup kala
mengisi adegan-adegan dalam film Burung vs Babi ini. Deretan soundtrack dalam Angry Birds diisi oleh penggabungan lagu-lagu baru yang diantaranya
oleh Charlie XCX dan lagu-lagu lawas legendaris seperti Rock You Like a Hurricane milik band Scorpions. Bila mencari sebuah
tontonan yang ringan serta lucu dan bisa membawa anak-anak ke bioskop, Angry Birds bisa menjadi pilihan
tontonan yang tepat. Kapan lagi bisa melihat burung-burung keren dan lucu
dilontarkan melalui ketapel mengancurkan perkampungan para babi hijau seperti
di games dengan visual yang penuh
warna. Seru!
Labels: Artikel, Film Luar, Gudang Film, Review