Oleh : Fachri
Aditya
Sebagai
rumah produksi paling produktif di Indonesia saat ini, Starvision kembali merilis
film keduanya di tahun 2016 setelah Februari lalu merilis film superhero-komedi
berjudul Jagoan Instan. Dipenghujung
Maret ini, Starvision merilis sebuah film yang merupakan adaptasi dari novel best seller karya Dwitasari berjudul Raksasa Dari Jogja. Film yang berjudul
sama dengan novelnya ini, disutradarai oleh spesialis film drama romantis,
Monty Tiwa dan dibintangi oleh bintang-bintang muda nan segar Indonesia
diantaranya Karina Salim dan Abrar Adrian.
Raksasa Dari Jogja sama
sekali tidak ada kaitannya dengan Gulliver yang terdampar di negeri liliput
dalam dongeng terkenal Gulliver’s Travel
karya penulis Irlandia Jonathan Swift pada 1726. Dikisahkan Bian (Karina Salim)
seorang gadis yang terlihat punya segalanya, wajah cantik, rumah elit di
Jakarta dan pacar yang tampan. Namun kenyataannya sungguh berbeda, sejak kecil
Bian selalu hidup dalam ketakutan kepada ayahnya (Ray Sahetapy) yang di kenal
sebagai politikus terhormat. Sang ayah sering melakukan tindak KDRT kepada
Ibunya (Unique Priscilla). Pacarnya Press (kiki Farel) berselingkuh dengan
letisha (Adinda Thomas) Sahabatnya sejak kecil.

Dalam
kondisi yang sangat rapuh, Bian memutuskan pergi meninggalkan rumah dan
berkuliah di Jogja dengan tinggal bersama bude dan sepupunya, Kevin. Bian
menjadi gadis pendiam dan menutup diri. Sampai akhirnya Bian bertemu dengan
pemuda bertubuh besar layaknya raksasa bernama Gabriel (Abrar Adrian) yang pernah
menolongnya di Transjakarta. Ketulusan Grabriel yang sering disebutnya raksasa
dari jogja pun membuka hatinya. Hingga kabar ibunya masuk Rumah Sakit karena ayahnya,
membuka trauma dan luka di masa lalu Bian.
Tepat rasanya bila akhirnya Raksasa Dari Jogja jatuh ditangan Monty
Tiwa. Sutradara yang mengawali karier di lebar dengan menggarap skrip film Andai Ia Tahu (2002) ini memang sudah
menjadi spesialis di genre drama romantis. Monty Tiwa kembali dipercaya oleh
Starvision setelah sebelumnya berkolaborasi menggarap film komedi-romantis Aku, Kau, & KUA pada tahun 2014. Raksasa Dari Jogja mampu dipresentasikan
sebagai film drama romantis yang penuh arti, mampu menampilkan sebuah interaksi
keluarga yang membuat Bian trauma sekaligus memberi rasa manis melalui kisah
cinta Bian dan ‘monster’ raksasanya. Film ini disajikan secara ringan namun
manis sekaligus mampu membuat penontonnya baper
(Bawa Perasaan). Bisa di bilang ini film
terbaik Starvision setelah NGENEST di
dalam satu tahun terakhir.

Karakter Bian yang
diperankan oleh Karina Salim menjadi poros utama cerita dalam Raksasa Dari Jogja. Bian-lah sosok utama
yang harus membawa penonton ikut bersimpati dalam kisah kehidupan keluarga
maupun romansanya. Dan tanggung jawab tersebut bisa dilakukan dengan baik oleh
Karina Salim. Bermodal pengalaman mulai dari bermain di film konvesional
seperti Mantan terindah hingga film arthouse, What They Don’t Talk About When They Talk About Love, membuat
performa Karina Salim semakin matang. Aktingnya terlihat natural sekaligus
menggemaskan. Karina juga mampu membangun chemistry
dengan pendatang baru Abrar Adrian yang memerankan Gabriel. Walau beberapa
momen terlihat kaku, penampilan Abrar mampu menghidupkan kerakter Gabriel.
Akhirnya, jalinan chemistry yang
dibangun oleh Karina-Abrar mampu menghidupkan sisi romansa dalam
film ini menjadikan Raksasa Dari Jogja
dihidangkan secara manis.
Dengan
karakter utama yang cukup kuat, amat disayangkan beberapa pemain pendukung berakting
layaknya sedang bermain FTV. Namun begitu Dwi Sasono mampu menghidupkan
karakter Mas Angkula yang merupakan pimpinan surat kabar yang nyentrik.
Penampilannya mampu memberikan sisi komedi film ini sekaligus menarik perhatian
penonton. Secara teknis film ini masih seperti film-film Starvision pada
umumnya dengan penggunaan warna-warna. Raksasa Dari Jogja juga terdapat beberapa adegan fighting, tapi sayang adegannya terlihat
tidak nyata dan kurang maksimal.
Kesimpulannya, Raksasa Dari Jogja sangat tepat untuk penonton yang ingin
mendapatkan tontonan ringan namun manis. Penceritaan yang menengahkan antara
konflik keluarga dan romansa juga ditata dengan baik. Film ini juga diperkuat
dengan beberapa dialog serta momen filosofis seperti menulis menggunakan mesin
tik dan arti kata raksasa itu sendiri.
Labels: FILM INDONESIA, Raksasa Dari Jogja, Review, Starvision