Oleh : fahri Aditya
Seperti sudah
menjadi trend pada film franchaise khususnya adaptasi dari
novel sci-fi young-adult yaitu membagi bagian akhir dari seri menjadi dua film. Alasan
basa-basinya ingin memberi detil lebih di babak akhir dari franchaise. Membagi dua seri akhir dari kacamata bisnis
memungkinkan untuk meraup keuntungan setidaknya 2x lebih banyak. Apakah
berhasil? Seri Twilight dengan
membagi dua Breaking Dawn serta The
Hunger Games dengan Mockingjay contohnya.
Dari segi pendapatan memang menggiurkan dan bisa dibilang berhasil. Namun dari
sisi penonton? Berkaca dari Breaking Dawn
maupun Mockingjay keduanya memiliki
kendala yang sama, tertatih-tatih dalam skenario yang berkesan bertele-tele
menuruti durasi film yang dipaksakan memanjang. Begitupun dengan franchaise Divergent. Akhirnya pihak
studio (Summit Entertaiment) membuat keputusan membagi dua seri akhir dari
adaptasi novel Veronica Roth ini. Apakah keputusan ini tepat?

Allegiant
merupakan babak ketiga dari franchaise
Divergent yang dibagi kedalam dua bagian dimana bagian keduanya tidak
memakai judul Allegiant part 2
melainkan Ascendant. Kisah
petualangan Tris dan kawan kawan ini masih
disutradarai oleh Robert Schwentke (RIPD,
RED) dan dibintangi oleh jajaran
anak muda bersinar Hollywood diantaranya Shailene Woodley, Theo James, dan
Miles Teller.
Petualangan Tris (Shailene Woodley), Four (Theo James), dan
teman-temannya memasuki babak baru. Saat mereka berusaha melarikan diri dari
kejaran anak buah Evelyn (Naomi Watts), mereka tertangkap oleh agen misterius
yang disebut sebagai biro kesejahteraan genetik yang diketuai oleh David (Jeff
Daniels). Kini Tris dan Four menemukan sebuah fakta baru tentang Divergent,
setelah melakukan serangkaian tes DNA keduanya akan memiliki pendapat yang
mengubah pandangan mereka selama ini.
Dibanding seri The Hunger Games, atau seri The Maze Runner yang mengusung tema yang
hampir-hampir mirip, dunia distopia dengan sekelompok anak-anak muda terpilih
dan kemudian melawan pemerintahan/kelompok otoriter yang berpengaruh, seri Divergent-lah yang paling lemah dan
biasa-biasa saja. Kehadiran Robert
Schwentke sempat memberikan sedikit cahaya kala menggarap seri Insurgent menggantikan Neil Burger
dengan memberikan unsur ketegangan layaknya film thriller. Dan tentu saja muncul secercah harapan akan meningkatnya
kualitas franchaise Divergent oleh
para fans-nya. Dan Schwentke-pun
menjawab harapan para fans dengan ‘baik’ melalui keberhasilannya menghancur-leburkan
Allegiant. Layaknya sebuah kapal,
Schwentke berhasil membuat kapal bernama Allegiant
yang sebenarnya punya potensi, tenggelam kedasar laut.

Seperti
yang dikatakan diawal, film yang membagi babak akhir menjadi dua film terjebak
dalam masalah naskah yang terkesan bertele-tele. Dan Allegiant pun ikut terjebak dalam kutukan tersebut. Menit-menit
awal film dibuka dengan memukau tatkala Tris dan kawan kawan,
memanjat tembok pertahanan sambil melawan para pesuruh Evelyn. Namun ketika mereka memasuki area yang asing bagi
mereka, Harapan akan ada rentetan adegan aksi dengan tensi lebih dari apa yang
ditampilkan diawal hanya seperti PHP semata. Cerita yang ditawarkan Allegiant melakukan pengembangan
dibanding dua seri sebelumnya dengan menyuguhkan kisah yang lebih detil dan
luas. Dan yah, itu semua dilakukan untuk mengisi panjangnya durasi yang ada.
Hasilnya? Plot hole dimana-mana,
intensitas film yang terasa tak konsisten, dialog yang aneh serta lebay, hingga
akhirnya film ini tak tau arah dan entah mau dibawa kemana. Niat baik dengan
banyaknya adegan aksi serta pamer teknologi CGI pun jadi gagal karena berdiri
diatas konstruksi naskah yang rapuh. Oh bukan berarti teknologi CGInya juga
baik, dengan kucuran dana melebihi $100 Juta harusnya dapat membuat efek yang
tidak terlihat kasar dibeberapa momen dan seperti kekurangan budget. Kesimpulannya,
sebagai film aksi remaja, Allegiant
memiliki penceritaan yang buruk dan adegan aksi yang begitulah. Hasilnya
Allegiant jatuh memprihatinkan.
Allegiant dihiasi oleh bintang-bintang yang tak
sembarangan. Nama-nama besar Hollywood seperti Shailene Woodley, Milles Teller,
Theo James, dan Ansel Elgort alih-alih memberikan secercah hari namun mereka
juga harus terjebak kedalam bobroknya naskah. Shailene Woodley harusnya belajar
oleh Jennifer Lawrence kala memerankan Katniss diseri-seri akhir The Hunger Games. Dalam Mockingjay, Katniss semakin telihat
berkharisma, lebih kuat, dan berbahaya. Namun, Tris? Shailene terlihat
ogah-ogahan dan tak bertenaga di Allegiant.
Seperi ingin seri ini buru-buru selesai karena telah kebosanan. Bila ini
dibiarkan, Karakter Tris dan seri Divergent
akan dilupakan begitu saja. Penampilan Theo James sebagai Four setidaknya
menambah aura baik bagi karakter Tris. Setidaknya Theo mampu menampilkan
kesungguhannya dan membuat chemistry antara dia denga Shailene Woodley cukup
baik. Karakter lain dengan nama besar seperti Naomi Watts dan Jeff Daniels
lebih karena kurangnya penampilan dan eksplorasi terhadap karakter mereka yang
lagi-lagi mereka adalah korban naskah yang buruk. Terutama Jeff Daniel sebagai
David, karakternya sebagai villain sama sekali tidak menakutkan apalagi memorable. Jelas mudah terlupakan.

Salah satu
pepatah legendaris didunia film berkata, “Banyak naskah bagus yang berakhir
dengan film jelek, namun tidak ada naskah jelek yang berakhir menjadi film
bagus”. Allegiant harus berakhir
buruk karena naskah yang terasa dipaksakan serta motivasi yang kurang dari
semua lini yang terlibat. Hingga akhirnya Allegiant bisa dikatakan menjadi seri
terburuk dari franchaise Divergent
(Paling tidak menurut penulis). Hasil di Box
Office yang kurang memuaskan dengan menjadi yang terendah dari semua seri serta
tentu saja dari kualitas membuat pihak studio memutuskan untuk memangkas budget untuk Ascendant. Pihak studio juga telah mengumumkan bahwa seri terakhir
dari franchaise ini tak lagi
disutradarai oleh Robert Schwentke. Tentu sutradara selanjutnya punya beban berat
untuk menghapus semua kekecewaan dari seri sebelumnya atau paling tidak
mengangkat derajat dari franchaise Divergent.
Jadi masih berharap Ascendant akan
menjadi final yang epik atau sudah cukup sampai disini menonton seri Divergent?
Labels: Allegiant, Divergent Series, Film Luar, Gudang Film, Review