Gudang Film - Pasangan suami istri yang sama-sama
menggeluti bidang seni peran, Vino G. Bastian dan Marsha Timothy kali ini akan
dipertemukan dalam satu film yang diangkat berdasarkan novel karya TB Silalahi
berjudul Toba Dreams. Ini bukanlah
pertama kali mereka berdua dipasangkan dalam layar lebar, sebelumnya Vino dan
Marsha pernah beradu akting dalam film Tampan
Tailor.
Vino G. Bastian yang telah teruji
kualitas aktingnya di beberapa film seperti Serigala
Terakhir, Radit dan Jani, Madre, Tampan Tailor serta 3 Nafas Likas dan banyak judul lainnya kali ini dipercayakan untuk
memerankan tokoh Ronggur anak dari sersan TB Silalahi (Mathias Muchus) yang
memiliki konflik dengan ayahnya. Sedangkan Marsha Timothy di film Toba Dreams ini akan berperan sebagai
Andini, seorang gadis dari keluarga ningrat yang dicintai oleh Ronggur.
Film Toba Dreams ini adalah hasil produksi bersama dari TB
Silalahi Center dengan Semesta Production. Film arah
sutradara Benni Setiawan (yang baru saja merilis film drama biopik tentang
pendiri Bank NISP berjudul Love and Faith)
ini berkisah tentang cinta yang kadang tersesat dalam menemukan kebenaran.
Sersan Tebe (Mathias Muchus) selalu mendidik anak-anaknya seperti pasukan
tempur, sampai suatu ketika anak sulungnya yang bernama Ronggur memberontak dan
menimbulkan konflik mendalam antara hubungan ayah dan anak tersebut.
Untuk lebih mengetahui kisah seputar
film Toba Dreams ini, Gudang Film
berkesempatan untuk melakukan wawancara singkat dengan sepasang manusia yang
akan memadu kemesraan dalam film ini dan kebetulan mereka pun merupakan
sepasang suami istri dalam kehidupan nyata, Vino G. Bastian dan Marsha Timothy.
Mari disimak penjelasan tentang film Toba Dreams dan peranan dua bintang film
kebanggaan tanah air ini yang berhasil dirangkum oleh Gudang Film berikut
ini :
Film Toba Dreams bercerita tentang
apa?
Vino : Toba
dreams pada dasarnya adalah sebuah film drama keluarga. Tentang hubungan anak
dengan orang tua, kakak dengan adik, dan juga suami dengan isteri. Dalam Toba
Dreams diceritakan bagaimana sebuah keluarga (keluarga Tebe) berjuang untuk
mewujudkan mimpi-mimpi mereka. Film ini juga bercerita tentang cinta yang
kadang "terlalu mencintai", yang kadang membuat manusia lupa akan
siapa dirinya dan kadang membuat mereka malah tersesat dalam mencapai
mimpi-mimpi dan harapan mereka tersebut.
Marsha : Bercerita tentang konflik keluarga. Dimana ada
konflik antara anak dan orang tua, suami dan istri , antara kakak beradik yang
pada dasarnya semua konflik adalah berdasarkan cinta dan berdasarkan keinginan
untuk membuktikan cinta tersebut.
Apa yang membuat kalian tertarik
bermain di film ini?
Vino : Selain
karakternya yang menarik, saya pribadi tertarik karena film ini unik, walaupun
film ini bernuansa kedaerahan (Batak) tapi konflik yang diangkat justru lebih
luas, tentang cinta yang universal, tentang toleransi dan keberagaman.
Terkadang sebuah film berlatar belakang daerah hanya terfokus pada hal-hal yang
menjadi topik/konflik dari daerah tersebut saja. Tapi Toba Dreams justru ingin membuka sekat-sekat itu, karena tidak bisa
dipungkiri bahwa kita hidup di sebuah bangsa yang penuh keberagaman yang
membutuhkan sebuah sikap saling menghargai & menghormati. Dan semua itu
harus dimulai dari lingkungan yang terkecil, yaitu keluarga.
Marsha : Pertama
karena ceritanya yang menarik.. Selain itu juga karena keinginan saya untuk
bisa bekerjasama dengan mas Benni Setiawan dan juga semua aktor yang terlibat.
Dalam film ini, kalian berperan
sebagai siapa dan bagaimana karakter dari tokoh tersebut?
Vino : Saya
berperan sebagai Ronggur, seorang anak yang lahir dari seorang bapak berdarah
Batak dan Ibu keturunan Jawa. Karena kesibukan bapaknya yang seorang prajurit
TNI, membuat Ronggur tumbuh berjarak dari bapaknya. Yang dia kenal bapaknya
adalah seorang militer yang keras. Dan karena jarak dan komunikasi yang tidak
berjalan baik membuat timbulnya friksi-friksi antara bapak dan Ronggur (yang
kala itu mulai semakin dewasa) Walaupun lahir dari bapak berdarah batak, namun seperti
kebanyakan orang yang hidup di kota besar dan ditambah dengan konflik antara
Ronggur dan bapaknya, membuat Ronggur tidak tahu apa-apa soal tanah leluhur
bapaknya, bahkan dia merasa dia bukanlah seorang keturunan Batak. Karena memang
hampir sebagian besar hidupnya dari kecil hingga dewasa lebih banyak dihabiskan
bersama ibunya yang keturunan jawa. Meskipun tidak dipungkiri Ronggur mewarisi
sifat keras bapaknya.
Marsha : Saya
berperan sebagai Andini. Seorang perempuan yang jatuh cinta pada seorang lelaki
yang dianggap salah oleh semua orang, termasuk orangtuanya sendiri. Andini merupakan
tipe perempuan yang sangat mengabdi pada suami serta sangat mencintai anak dan
suami nya.
Berapa lama proses syuting film
Toba Dream ini dan berlokasi dimana saja?
Vino : Syutingnya
kira-kira berlangsung sekitar 1,5bulan dan berlokasi di Jakarta, Bogor, Depok,
Tangerang, serta Balige - Toba Samosir.
Marsha : Lokasi syuting mengambil tempat di Jakarta, Sentul
- Bogor, dan sebagian besar di Balige, Medan (Toba Samosir). Proses syuting
sendiri berlangsung kurang lebih 1 bulan.
Pelajaran apa kalian dapat setelah
berperan di film ini?
Vino : Yang
jelas semakin cinta sama keluarga dan lebih paham arti pentingnya sebuah
keluarga.
Marsha : Untuk
saya yang pertama kali ke Toba serta Balige, membuat wawasan saya bertambah tentang wilayah
tersebut. Saya juga jadi banyak belajar tentang keluarga.. Di film ini pun saya
melihat bahwa pendidikan pertama bagi seorang anak harus dimulai dari keluarga,
bagaimana seseorang tumbuh sangat ditentukan dari faktor keluarga. Dan juga
apapun masalah yang terjadi dalam kehidupan kita, maka kita akan lebih nyaman
jika kembali ke keluarga.
Apa saja yang kalian lakukan diluar
proses syuting, selama di Balige (SUMUT)? Apakah kalian menyempatkan diri untuk
mengunjungi tempat-tempat menarik disana dan menyicipi makanan khas daerah itu?
Vino : Selain
menikmati keindahan Danau Toba, saya juga berkesempatan untuk melihat kemegahan
Museum Batak di Balige dan berkunjung ke Museum Pahlawan Nasional
Sisingamangaraja XII. Mengenai kuliner, Balige (Toba Samosir), menurut saya
masakan ikan disana yang paling juara. Selain itu masakan mie di Balige juga
sangat enak.
Marsha : Saya sering makan ikan disana (sambil tertawa)
dan mencicipi sambal khas daerah sana yang menggunakan andaliman atau semacam rempah khas Balige. Selain mengunjungi Museum
TB Silalahi, saya pun menyempatkan diri untuk melihat-lihat pemandangan sekitar
Toba yang indah.
Apakah lebih mudah
dalam menghidupkan karakter saat beradu akting dengan pasangan sendiri dalam
film ini ?
Vino : Nggak
juga sih, bermain dengan siapapun pasti punya tantangan tersendiri dalam
menghidupkan karakter, termasuk dalam film Toba Dreams ini. Apalagi dalam film
ini saya bermain tidak hanya dengan Marsha. Walaupun sudah punya modal chemistry di kehidupan nyata tapi chemistry yang ingin diterjemahkan
di film ini sangat berbeda. Disini mas Benni Setiawan selaku sutradara
sangat membantu kita untuk mencapai apa yg diinginkan dalam skenario, baik
secara karakter maupun chemistry. Saya
sangat beruntung mendapat lawan main seperti Marsha karena dia orang yang
sangat total dan kooperatif dlm bekerja. Keuntungan lain adalah kebetulan
kita juga pasangan suami isteri, jadi banyak waktu untuk bisa berdiskusi
mengenai skrip yang akan kita mainkan, sehingga tak terbatas pada saat
latihan/reading saja.
Marsha : Nggak juga sih, karena kita harus menghidupkan
karakter baru yang lain dari kehidupan kita dan lain lagi cerita nya,
Pesan Moral apa yang ingin
disampaikan dalam film ini?
Vino : Masing-masing
penonton saya yakin akan mendapatkan dan merasakan pesan yang berbeda-beda
ketika menonton Toba Dreams, tergantung dari sisi mana mereka melihat. Yang jelas
film ini tidak berusaha untuk menggurui para penontonnya, film ini hanya
ingin menyuguhkan sebuah kisah yang sebenarnya dekat dengan kehidupan kita
sehari-hari tapi kadang luput dari indera kita. Karena kisah ini juga banyak
terjadi di daerah manapun tidak hanya Batak. Yangg jelas menurut saya
pribadi, film ini memberikan sebuah bekal baru bahwa kemanapun kita pergi,
sejauh mana kita melangkah, keluarga tempat kita kembali.
Marsha : Bahwa komunikasi adalah yang terpenting dalam
setiap hubungan.
Pertanyaan terakhir, kenapa
penonton harus menonton film Toba Dreams ini?
Vino : Selain
kolaborasi 3 generasi aktor yang membuat film ini tidak boleh dilewatkan
oleh pecinta film tanah air, Toba Dreams juga mempunyai alur yang kuat
dengan multi konflik yang sangat menarik. Dan seperti saya sampaikan tadi
walaupun film ini bernuansa Batak tapi sesungguhnya film ini adalah film yang
multi kultur. Film ini sangat Indonesia dengan konflik yang dekat dengan
kita. Konflik yang kadang kita anggap kecil & remeh tapi justru sumber
pemicu konflik yang jauh lebih besar.
Marsha : Karena as simple as bahwa film ini menghibur...
:)
Penjelasan kedua
pemeran film Toba Dreams diatas
semakin menjelaskan bahwa film ini mampu memberi warna tersendiri bagi
perfilman tanah air terutama yang mengangkat tema kedaerahan. Dalam film ini
selain Vino G. Bastian dan Marsha Timothy yang akan berperan didalamnya, juga
menggabungkan 3 generasi film dalam Toba
Dreams. Beberapa nama yang juga bermain di film ini antara lain Mathias
Muchus, Jajang C. Noer, Ramon Y. Tungka, M. Fazzill Alditto, Boris Bokir dan
Haykal Kamil.
Film Toba Dreams ini akan mulai tayang di
bioskop tanah air pada tanggal 30 April
2015. Jadi mari kita saksikan film ini bersama keluarga sehingga diharpkan
kita bisa mendapatkan pesan moral untuk makin mendekatkan diri kita dengan
keluarga sambil memajukan perfilman Indonesia.
Labels: Artikel, FILM INDONESIA, Gudang Film